Resensi Film Bung Di Ende

bung di ende

Olehh : Wayan Diananto

Judul filmm : bung di ende (2014)

Sutradaraa : Viva Westi

Penulis Naskahh : Viva Westi, Tubagus Deddy

Produserr : Catur Puji Sulistyawan

Produksii : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pemainn : Baim Wong, Paramitha Rusady, Niniek L Karim, Tio Pakusadewo, Hans de Kraker

Durasi : 2 jam 11 menit

 

Sipnosis

Karena aktivitas politiknya, Soekarno diasingkan ke Ende pada 1934. Ia pergi bersama istri Inggit Garnasih, anak Ratna Djuami alias Omi, dan ibu mertuanya Amsi. Masa awal di pengasingan itu dilalui dengan sulit. Yang paling menyakitkan adalah rakyat setempat tidak ada yang berani bertegur-sapa dengannya dan ke mana-mana ia selalu diikuti oleh polisi. Sedikit demi sedikit ia mulai bisa bergaul (ia memulainya dengan mengadakan pengajian) dan banyak membaca di perpustakaan pastoran Ende. Di sini pula ia banyak berdiskusi dengan Pastor Huytink yang meramalkannya bahwa ia akan jadi presiden. Pastor ini pula yang membelanya ketika Soekarno mengajak kawan-kawan barunya itu untuk berlatih sandiwara dengan naskah yang ditulisnya sendiri. Naskah yang pernah ditulisnya antara lain Rahasia Kelimoetoe dan Indonesia 1945. Pengasingan yang membuatnya banyak merenung ini membuat dia sampai pada konsep dasar negara yang pada 1945 dirumuskan sebagai Pancasila. Ketika ia sakit keras, Inggit menulis surat kepada MH Thamrin, agar Soekarno dipindah. Berkat bantuan Thamrin, Soekarno pindah ke Bengkulu setelah empat tahun di Ende.

Resensi

Film ini menceritakan tentang kehidupan sang proklamator, sang orator ulung di Indonesia yang diasingkan oleh Belanda di Ende dia adalah BUNG KARNO. Bung Karno di asingkan ke Ende Flores bersamaan dengan Mertua, Istri, Anak dan juga 2 orang pembantunya.

Pada awal kehidupan Bung Karno di Ende, Bung Karno tinggal di asrama kantor Belanda menjelang beberapa hari hingga mendapatkan tempat tinggal sewaan. Awalnya Bung Protes kepada menir Belanda bahwa dia bukan tahanan kriminal namun Bung adalah tahanan politik dan tidak sewajarnya di tahan di asrama Belanda oleh karena itu Bung meminta tinggal bersama-sama masyarakat di Ende.

ketika di Bandung dulu Bung Karno selalu di banjiri tamu yang datang kerumanya sedangkan di Ende beliau tidak mempunyai tamu, sejak dari situlah Bung Karno ke pikiran kalau dia akan mengadakan pengajian rutin di rumah Bung Karno. Masyarakat Ende tidak ada satu pun yang tahu apa itu teater atau drama dan Soekarno pun menjelaskan dan memberi contoh seperti apa itu teater atau drama.

Tema dari teater yang akan di tampilkan Bung ialah tentang Legenda Danau Kalimutu, dalam teater ini Bung Karno berharap agar masyarakat Ende tidak boleh percaya setan, roh halus dan lain sebagainya sebab masyarakat Ende tidak akan bisa maju jika masih percaya akan hal-hal yang seperti itu. Beberapa hari setelah pementasan drama selesai Setelah meninggalnya mertua Bung, Bung pun mulai memikirkan konsep-konsep negara yaitu PANCASILA, berhari-hari, berminggu-minggu Bung menyendiri di bawah pohon yang dari daunnya.

Bung Karno menetapkan 5 poin penting dari Pancasila, akhirnya pun Bung Karno di serang penyakit malaria karena sering nya di gigit nyamuk ketika sedang menyendiri di bawah pohon.

Kelebihan

Ceritanya menarik dan banyak informasi yang kita dapat

 

Kekurangan

Jalan cerita agak membosankan,kualitas gambar kurang bagus

Share This :



sentiment_satisfied Emoticon